Laman

Rabu, 28 Agustus 2013

Matahari Lepaskan Ledakan Terbesarnya

Peristiwa ini merupakan bagian dari siklus sebelas tahunan Matahari dan diperkirakan mencapai puncaknya di akhir 2013.

matahari,ledakan matahari,cme,coronal mass ejectionSuar Matahari dengan kategori X1.7-class yang terjadi pada Minggu (12/5). Hingga Mei, inilah suar terbesar yang dihasilkan Matahari sepanjang 2013. Foto ini menggabungkan dua imaji dari suar Matahari yang tertangkap oleh Solar Dynamics Observatory milik NASA.(NASA/SDO/AIA/Live Science)
Minggu (12/5) lalu secara mengejutkan Matahari mengeluarkan ledakan terbesarnya. Kurang dari 24 jam kemudian, diikuti dengan suar lebih besar lagi. Dua erupsi ini, hingga sekarang, merupakan yang terbesar yang terlihat di tahun 2013.
Erupsi pertama masuk dalam kelas X1-7 dan mencapai puncaknya pada Minggu malam. Erupsi berikutnya, Matahari melepaskan ledakan berkategori X2-8 yang mencapai puncaknya pada Senin (13/5). Menurut pihak berwenang dari NASA, erupsi kedua inilah yang jadi ledakan terbesar Matahari sepanjang tahun 2013.
Kedua erupsi sama-sama terpantau oleh Solar Dynamics Observatory milik NASA yang mengobrit pada Bumi sembari mengamati Matahari. Ledakan pada hari Minggu melepaskan gelombang plasma dan partikel yang disebut coronal mass ejection(CME) ke antariksa dan sempat menimbulkan kekacauan pada frekuensi radio. Namun, hal ini bisa diatasi oleh National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA).
Dilansir dari Space.com, erupsi Matahari terbagi atas X-class (terkuat), M-class (menengah), dan C-class (terlemah). Saat mengarah ke Bumi, suar Matahari kategori X-class bisa mengganggu orbit satelit dan infrastruktur komunikasi di darat.
Jika terlalu kuat, ledakan seperti ini juga akan membahayakan astronaut yang tinggal di Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS). Namun, suar Matahari juga bisa menghasilkan maha karya indah berupa aurora yang nampak di langit utara dan selatan Bumi.
sumber: http://nationalgeographic.co.id

75 Jenis Wayang Indonesia Punah

Selain kurangnya perhatian pemerintah, perkembangan zaman telah membawa perubahan kebudayaan dan peradaban.

wayang,jawa,budaya,kesenianWayang, salah satu kesenian Indonesia (Thinkstockphoto)
Sekitar 75 jenis wayang yang menjadi kekayaan budaya Indonesia kini telah punah. Hanya sekitar 25 jenis wayang yang saat ini masih bertahan dengan jumlah komunitas dan penonton cukup banyak.
Semestinya, dengan diakuinya wayang oleh Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan PBB (UNESCO) sebagai mahakarya dunia yang tak ternilai dalam seni bertutur pada 2003, wayang bisa lebih berkembang di Tanah Air.
Kenyataannya, pemerintah belum memiliki arah dan strategi yang jelas dalam pengembangan wayang. "Pada masa Orde Baru, institusi pemerintah, mulai dari Istana hingga pemerintahan desa, sering mementaskan wayang. Kini, kami seperti dibiarkan sendiri," kata Ketua Umum Persatuan Pedalangan Indonesia (Pepadi) Ekotjipto, dilansir dari Kompas, Rabu (21/8).
Selain kurangnya perhatian pemerintah, perkembangan zaman telah membawa perubahan kebudayaan dan peradaban sehingga wayang yang merupakan kesenian tradisional makin ditinggalkan. Tidak heran, beberapa jenis wayang punah dan tak bisa lagi ditonton masyarakat.
Seperti wayang suket, wayang klitik, wayang krucil, wayang gedog, dan wayang beber. Adapun wayang yang masih digemari masyarakat sehingga masih cukup eksis antara lain wayang kulit purwa Jawa dengan berbagai gaya, baik Surakarta, Yogyakarta, Jawa Timuran, Banyumasan, Cirebonan, maupun Betawi. Begitu pula wayang golek Sunda, wayang Bali, dan wayang sasak Lombok, masih banyak penggemarnya.
Meski penggemar wayang menurun, kata Ekotjipto, animo masyarakat untuk turun ke dunia pedalangan cukup tinggi. Ini ditunjukkan dengan banyakanya peserta pada setiap lomba pencarian bibit dalang yang digalang Pepadi.
dalang,wayang(Adha Widayansah/Fotokita.net)
"Peminat paling banyak justru untuk dalang anak-anak dan remaja," kata Ekotjipto. Upaya yang dapat dilakukan agar wayang terhindar dari kepunahan antara lain dengan memasukkan wayang dalam pendidikan formal.
Selain itu, juga memasukkan wayang dalam perangkat komunikasi modern sehingga mudah dijangkau anak atau generasi muda.
Saat ini terdapat 15.000 seniman pedalangan yang masih eksis. Sementara jumlah dalang di seluruh Indonesia tercatat 6.000 orang.
46 negara ikut WWPC
Dalam upaya pelestarian wayang, Pepadi bekerja sama dengan Yayasan Arsari Djojohadikusumo akan menggelar Wayang World Puppet Carnival (WWPC) 2013 pada 1 - 8 September mendatang. Ajang tersebut merupakan festival wayang internasional yang diikuti 46 negara dengan 64 penampil.
Widia Djatiningrum dari Divisi Komunikasi WWPC 2013 menuturkan, para penampil, antara lain datang dari Turki, Bolivia, Amerika Serikat, Spanyol, Italia, Kolombia, Thailand, Brasil, dan Indonesia. Dari Indonesia akan tampil lima dalang dari berbagai wilayah yang kesemuanya merupakan dalang muda.
Selain pergelaran wayang, ditampilkan pula video dan film tentang pertunjukan wayang dari lima negara. Pergelaran wayang akan dilakukan di Museum Nasional, Jakarta, dan Usmar Ismail Hall, Kuningan, Jakarta. Digelar juga wayang semalam suntuk di Taman Monas, Jakarta.
Berkaitan dengan WWPC, juga digelar seminar tentang wayang di lima perguruan tinggi negeri di Medan, Surabaya, Mataram, dan Yogyakarta.
sumber:http://nationalgeographic.co.id

27 Agustus 1883, Krakatau Memperlihatkan Kedahsyatannya

Krakatau saat itu melepaskan energi satu juta lebih besar dari pada bom hidrogen.

krakatau,gunung api,krakatoaLetupan lava di Gunung Anak Krakatau. (Glend Agoes/Fotokita.net)
27 Agustus 1883, Gunung Krakatau meletus. Besarnya kekuatan daya ledak membuat suara letusan Krakatau terdengar hingga radius hampir 5.000 kilometer.
Gunung yang terletak di antara Pulau Sumatra dan Jawa ini memuntahkan 13 kubik mil isi perut bumi. Sepertiga bagian jatuh di sekitarnya, lainnya dalam radius 32 kilometer. Sisanya sebanyak empat kubik mil mengelilingi Bumi di lapisan atmosfer sampai beberapa tahun berikutnya. Menyebabkan perubahan cuaca di beberapa tempat di dunia.
Dalam Data Dasar Gunung Api di Indonesia hasil rangkuman dari Departemen Pertambangan dan Energi, Direktorat Jenderal Pertambangan Umum, dan Direktorat Vulkanologi, Krakatau saat itu melepaskan energi satu juta lebih besar dari pada bom hidrogen.
Dahsyatnya kekuatan ini menimbulkan tsunami yang diperkirakan mencapai lebih dari 36 meter dan menyebabkan kematian bagi puluhan ribu manusia.
krakatau,gunung api,krakatoaAwan panas dari Gunung Anak Krakatau. Foto diambil dua tahun lalu. (Gesti Hutami/Fotokita.net)
Sebelum ledakan ini, Krakatau sudah menunjukkan gejala sejak 20 Mei 1883. Saat sebuah kapal perang Jerman yang melintas melaporkan adanya awan debu dan asap setinggi 11 kilometer. Sekitar dua bulan kemudian, letusan lebih kecil terjadi. Disaksikan oleh warga lokal di Sumatra dan Jawa.
Warga -buta akan bencana alam yang akan terjadi di hadapan mereka- menyambut letusan tersebut dengan perayaan. Namun, perayaan berubah menjadi tragedi di 26-27 Agustus 1883 ketika Krakatau memuntahkan isi bumi dengan kekuatan terbaiknya.
Ledakan awal di 26 Agustus sore meluluhkan dua pertiga bagian utara dari pulau. Menghasilkan serangkaian aliran piroklastika dan tsunami. Empat ledakan susulan terjadi lagi pada 27 Agustus pukul 05.30 pagi, mencapai puncaknya pada pukul 10.02.
Dentuman yang menyertai ledakan terdengar hingga ke Singapura dan Australia. Selama itu, batu apung dan abu halus dihembuskan hingga ketinggian 70-80 kilometer, menutupi daerah seluas 827.000 kilometer persegi.
31.000 dari 36.000 warga yang tewas merupakan korban tsunami ketika sebagian besar pulau yang didiami Krakatau tenggelam ke Selat Sunda. Sedangkan 4.500 orang lainnya tewas terpanggang karena aliran piroklastika.
Letusan ini tidak berhenti dalam hitungan hari. Karena hingga periode September-Oktober di tahun yang sama, terjadi letusan lumpur dalam skala kecil.
44 tahun setelah ledakan ini, Krakatau mulai membangun diri kembali dengan beberapa letusan antara 29 Desember 1927 dan 5 Februari 1928.
sumber: http://nationalgeographic.co.id