Selain kurangnya perhatian pemerintah, perkembangan zaman telah membawa perubahan kebudayaan dan peradaban.
Wayang, salah satu kesenian Indonesia (Thinkstockphoto)
Sekitar 75 jenis wayang yang menjadi kekayaan
budaya Indonesia kini telah punah. Hanya sekitar 25 jenis wayang yang
saat ini masih bertahan dengan jumlah komunitas dan penonton cukup
banyak.
Semestinya, dengan diakuinya wayang oleh Organisasi Pendidikan, Ilmu
Pengetahuan, dan Kebudayaan PBB (UNESCO) sebagai mahakarya dunia yang
tak ternilai dalam seni bertutur pada 2003, wayang bisa lebih berkembang
di Tanah Air.
Kenyataannya, pemerintah belum memiliki arah dan strategi yang jelas
dalam pengembangan wayang. "Pada masa Orde Baru, institusi pemerintah,
mulai dari Istana hingga pemerintahan desa, sering mementaskan wayang.
Kini, kami seperti dibiarkan sendiri," kata Ketua Umum Persatuan
Pedalangan Indonesia (Pepadi) Ekotjipto, dilansir dari
Kompas, Rabu (21/8).
Selain kurangnya perhatian pemerintah, perkembangan zaman telah
membawa perubahan kebudayaan dan peradaban sehingga wayang yang
merupakan kesenian tradisional makin ditinggalkan. Tidak heran, beberapa
jenis wayang punah dan tak bisa lagi ditonton masyarakat.
Seperti wayang suket, wayang klitik, wayang krucil, wayang gedog, dan
wayang beber. Adapun wayang yang masih digemari masyarakat sehingga
masih cukup eksis antara lain wayang kulit purwa Jawa dengan berbagai
gaya, baik Surakarta, Yogyakarta, Jawa Timuran, Banyumasan, Cirebonan,
maupun Betawi. Begitu pula wayang golek Sunda, wayang Bali, dan wayang
sasak Lombok, masih banyak penggemarnya.
Meski penggemar wayang menurun, kata Ekotjipto, animo masyarakat
untuk turun ke dunia pedalangan cukup tinggi. Ini ditunjukkan dengan
banyakanya peserta pada setiap lomba pencarian bibit dalang yang
digalang Pepadi.
(Adha Widayansah/Fotokita.net)
"Peminat paling banyak justru untuk dalang anak-anak dan remaja,"
kata Ekotjipto. Upaya yang dapat dilakukan agar wayang terhindar dari
kepunahan antara lain dengan memasukkan wayang dalam pendidikan formal.
Selain itu, juga memasukkan wayang dalam perangkat komunikasi modern sehingga mudah dijangkau anak atau generasi muda.
Saat ini terdapat 15.000 seniman pedalangan yang masih eksis. Sementara jumlah dalang di seluruh Indonesia tercatat 6.000 orang.
46 negara ikut WWPCDalam upaya pelestarian
wayang, Pepadi bekerja sama dengan Yayasan Arsari Djojohadikusumo akan
menggelar Wayang World Puppet Carnival (WWPC) 2013 pada 1 - 8 September
mendatang. Ajang tersebut merupakan festival wayang internasional yang
diikuti 46 negara dengan 64 penampil.
Widia Djatiningrum dari Divisi Komunikasi WWPC 2013 menuturkan, para
penampil, antara lain datang dari Turki, Bolivia, Amerika Serikat,
Spanyol, Italia, Kolombia, Thailand, Brasil, dan Indonesia. Dari
Indonesia akan tampil lima dalang dari berbagai wilayah yang kesemuanya
merupakan dalang muda.
Selain pergelaran wayang, ditampilkan pula video dan film tentang
pertunjukan wayang dari lima negara. Pergelaran wayang akan dilakukan di
Museum Nasional, Jakarta, dan Usmar Ismail Hall, Kuningan, Jakarta.
Digelar juga wayang semalam suntuk di Taman Monas, Jakarta.
Berkaitan dengan WWPC, juga digelar seminar tentang wayang di lima
perguruan tinggi negeri di Medan, Surabaya, Mataram, dan Yogyakarta.
sumber:http://nationalgeographic.co.id